Minggu, 30 November 2014

Arah Hidup kita Telah di Tentukan

Seberapa kita yakin bahwa arah hidup kita telah ditentukan sejak pertama kita menjejakkan kaki kita di dunia ini, tercatat secara resmi melalui goresan garis-garis di telapak tangan kita? Anda mungkin termasuk orang yang tidak mempercayainya, atau mungkin juga Anda termasuk orang yang mempercayainya. Tapi dalam hal ini mari kita ke sampingkan perbedaan pendapat tersebut, apapun pilihan kepercayaan Anda, mari kita setuju kalau memang garis-garis kehidupan kita telah ditentukan sejak awal.
Seperti sebuah pedati yang dikemudikan oleh seorang sais, secara garis besar rute pedati tersebut telah ditentukan dari awal, tapi bukan berarti pedati tersebut PASTI akan melewati rute tersebut dan sampai pada tempat yang sedang ditujunya.
Pedati tersebut dapat dihentikan, dibelokkan ke arah lain, atau sama sekali tanpa arah yang jelas. Semua ini tergantung kepada Sang Pengemudi, arah pedati itu akan bergerak sesuai dengan cara dan keinginan sang pengemudi.
Jika pedati itu adalah kehidupan kita, maka sang pengemudi itu adalah kita sendiri.
Mungkin juga kita seperti tukang kayu ini. Seorang tukang kayu yang telah kelelahan berkarya ingin segera menjalani kehidupan pensiunnya, sejak awal dia adalah tukang kayu yang berbakat, tukang kayu yang berdedikasi tinggi atas pekerjaannya, tukang kayu yang bertanggung jawab penuh.
Ketika ia menyampaikan keinginannya kepada BOSS, ia malah diberi tugas terakhir sebelum pensiun, sang BOSS ingin ia membuat sebuah rumah megah untuknya.
Tukang kayu yang berbakat itu tiba-tiba berubah, ia menjadi tukang kayu yang sembrono, tukang kayu yang asal-asalan. Dengan terpaksa ia menyelesaikan tugas terakhirnya, ia merasa perusahaan sungguh tidak berpihak padanya, ia sungguh kecewa. Dan kekecewaannya ia lampiaskan pada pekerjaanya. Sebuah "Rumah Mewah" yang jauh dari arti "Mewah " akhirnya selesai tepat waktu.
Hari pensiun telah tiba, sang tukang kayu akhirnya mendapat sebuah amplop yang berisi sejumlah uang pensiun dan sebuah "KUNCI" rumah. Kunci dari "Rumah Mewah" yang baru selesai dibangunnya. "Hadiah special ini dipersembahkan perusahaan padamu, karena kerjamu yang luar biasa dan berdedikasi selama bekerja di sini." Kata Sang BOSS.
Sang Tukang kayu hanya melihat kunci rumah itu dengan "PENYESALAN".
Kita kadang-kadang lupa bahwa kita adalah pembuat rumah untuk diri kita sendiri.
Kembali ke soal goresan-goresan tangan di tangan kita, anggaplah kita semua setuju bahwa itu adalah catatan RUTE yang akan kita tempuh dalam kehidupan ini, anggaplah bahwa rute yang akan kita tempuh oleh "PAKAR garis tangan" dikatakan kita berada pada jalur yang benar menuju "KEJAYAAN" dan Rute tersebut menjanjikan hal yang luar biasa.
Apa yang terjadi jika Rute yang begitu INDAH dan menjanjikan itu diabaikan, atau sebagai Sang Pengemudi kita tidak menyambutnya dengan antusias dan mengwujudkannya? Rute tersebut akan terkubur seperti rute harta karun yang tak pernah ditemukan. Perkataan "PAKAR garis tangan" hanya berupa kata-kata yang tiada artinya, hanya mimpi dan omong kosong belaka.
Mengapa?
Karena hidup ini begitu dinamis, segalanya berubah, tidak ada yang kekal atau abadi, yang kekal adalah ketidak-kekalan itu sendiri, ketika kita tidak mempersiapkan "rumah kita sendiri" dengan baik maka semua rencana pada denah-denah yang telah dibuat Sang Arsitek akan berubah sesuai dengan sentuhan tangan Sang Tukang Kayu.
Bagaimana jika Rute yang tergaris dalam tapak kita tidak sesuai harapan kita?
Jawabannya, Ubah saja rutenya. Kecuali kita sendiri memang menerimanya sebagai takdir yang tak dapat dipungkiri, dengan sukarela kita menjalaninya, kita pasrah.
Maka jangan mengatakan "Tuhan" itu tidak adil, karena walau rute telah ditentukan, kita tidak dipaksa untuk menempuhnya, kita masih diberi pilihan untuk merubahnya.
Banyak di antara kita yang menganggap kita telah dilahirkan sebagai bagian yang terpinggirkan, bagian dari pelengkap penderita. Jika kita telah menghakiminya dan mengetuk palu atas anggapan seperti itu maka sejak ketukan terakhir dijatuhkan, kita telah terseret dalam lubang penderitaan seperti yang "KITA INGINKAN".
Pada saat itu, jangan menyalahkan siapa-siapa. Betapa adilnya alam ini, bahkan pada saat itu kesempatan untuk merubah rute masih tetap terbuka untuk kita, sampai kita sendiri benar-benar tidak menginginkan perubahan itu.
Apapun yang telah digariskan, tercatat oleh alam untuk kita, Kita sendiri yang menentukan ke arah mana kita akan berjalan, dan kemana kita akan berada kelak.
Prinsipnya, "Benih yang baik akan menghasilkan buah yang baik"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar